Beranda Banten KTD Masalah Serius di Banten, Abraham Garuda Laksono Dorong Gerakan Bersama

KTD Masalah Serius di Banten, Abraham Garuda Laksono Dorong Gerakan Bersama

0
KTD Masalah Serius di Banten, Abraham Garuda Laksono Dorong Gerakan Bersama
Abraham Garuda Laksono dorong gerakan bersama untuk cegah kehamilan tidak diinginkan (KTD) di Banten melalui edukasi kesehatan reproduksi. (Foto: Ist)

TangerangMerdeka.co.id — Kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan masalah serius di Provinsi Banten, dan Abraham Garuda Laksono, Anggota Komisi V DPRD, mendorong perlunya gerakan bersama untuk mengatasinya. Dalam sosialisasi penurunan KTD yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kabupaten Tangerang, pada Kamis, 24 Juli 2025, ia menekankan pentingnya edukasi untuk generasi muda, terutama pasangan usia subur (PUS) dan calon pengantin.

Sosialisasi ini merupakan bagian dari program “Sahabat Sehat Sahabat Pintar Abraham” (S3P Abraham) yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga. Abraham menjelaskan bahwa KTD dapat berdampak luas pada kesehatan reproduksi, psikologis, dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat, sering kali disebabkan oleh kurangnya perencanaan dan edukasi mengenai kesehatan seksual.

“Pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi sejak dini bukanlah hal yang tabu. Ini adalah langkah perlindungan bagi remaja dan calon pengantin agar tidak terjebak dalam situasi yang merugikan masa depan mereka,” ungkap Abraham. Ia menegaskan bahwa penurunan angka KTD harus menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.

“Kita ingin masyarakat lebih sadar dan siap menjalani kehidupan berkeluarga dengan perencanaan yang matang. Sosialisasi seperti ini perlu diperluas,” tambahnya.

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk DP3AKKB Provinsi Banten, Erminiwati, juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan DPRD Banten untuk memperkuat sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Kami hadir bersama DPRD sebagai bentuk kolaborasi untuk perlindungan perempuan dan anak, dengan tujuan menciptakan generasi unggul menuju Indonesia Emas,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa edukasi harus dimulai sejak remaja hingga masa persiapan pernikahan, agar masyarakat siap secara fisik, mental, dan sosial dalam menjalani kehidupan berkeluarga. “Tingginya angka KTD berdampak pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan ibu dan bayi hingga risiko putus sekolah dan tekanan ekonomi. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” tambahnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan peserta dari kalangan remaja, pasangan usia subur, dan tokoh masyarakat. Peserta mengaku mendapatkan banyak wawasan baru dan berharap kegiatan serupa dapat dilakukan secara rutin. Salah satu peserta, Ika, menyampaikan harapannya agar materi edukasi dapat dibagikan dalam bentuk softcopy dan adanya pembentukan Satgas KTD serta Posyandu Remaja di tingkat desa atau kelurahan.

“Kami butuh pendampingan yang dekat dan berkelanjutan. Masalah di masyarakat cukup kompleks, dan kehadiran PUSPAGA serta satgas warga bisa menjadi solusi jangka panjang,” tuturnya.

Dengan pendekatan edukatif, partisipatif, dan berbasis komunitas, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam mengurangi risiko kehamilan tidak diinginkan dan membangun keluarga yang sehat, terencana, dan berkualitas di masa depan. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini